May 14, 2010

Tuhan, Haruskah Kupenggal Temanku Sekarang?

Tanpa terlalu jauh melihat pada perbedaan yang ada, agama saat ini tengah dilanda krisis yang terlampau berat untuk dipecahkan. Agama seolah telah melahirkan berbagai persoalan kemanusiaan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan keberadaannya tersebut. Sebuah paradoks, memang. Kemiskinan, diskriminasi hak, intoleransi, hingga berbagai perang atas nama tuhan dan agama tetap saja dilakukan meski sebenarnya kita telah tahu bahwa tidak ada untungnya semua itu. Yang ada hanyalah kebencian, dendam, kematian dan kehancuran diri sndri. Bahkan kalau dipikir lagi bisa menodai agama itu sendiri yang sejatinya mengajarkan perdamaian, toleransi, pembebasan dan penghargaan kepada hidup.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam setiap agama saya rasa disana ia juga punya daya dan legitimasi bagi pemeluknya untuk melakukan semacam tindakan yang sepertinya bertentangan dengan jiwa perdamaian. Namun, apa yg ada sekarang ini, seolah sudah banyak yang keluar dari batas-batas kewajarannya. Dan ini saya rasa adalah hasil dari kesalah pahaman dalam memahami ke-beragama-an itu sendri. Agama telah mengajarkan perdamaian, saling mengh0rmati orang yang berbeda pendapat dan keyakinan, serta menyuruh untuk mencari kebenaran melalui dialog yang bijaksna dan tanpa paksaan. Namun semua nilai dan ajaran agama yang positif tersebut seolah tidak pernah ada atau memang sengaja ditutupi hanya karena adanya beberapa ayat suci lainnya yang mengisyaratkan pada penggunaan kekerasan dalam membela agama dan tuhan. Ayat-ayat suci tersebut dibaca dengan dibarengi pra-k0nklusi yang salah yang terlebih dahulu sudah menjadi keyakinan disamping mungkin karena adanya motif-motif pribadi untuk menyingkirkan yang lain. Berangkat dari pemahaman ke-beragama-an seperti ini, agama telah berubah menjadi penyebab utama dari dehumanisasi yang sedang berlangsung.

Jika kaum marxian dan golongan atheis dulu mengatakan bahwa kita beragama karena merasa lemah dan tidak percaya diri dengan kemampuan kita dalamm menjalani hidup yang mana itu mengharuskan kita untuk meminta perlindungan pada kekuatan di luar kita (tuhan), maka sekarang ini kita beragama seolah untuk menyenangkan tuhan dengan pembantaian-pembantaian lalu menyodorkan nyawa-nyawa yang Dia ciptakan sendri sebagai persembahan bahwa kita adalah pembelaNya.

sebagai mahluk berakal, rasanya sangat sulit untuk membenarkan pemahaman beragama seperti itu karena seolah tuhan sedang benar-benar bermain dengan ide gilanya dengan menciptakan manusia lalu menyuruhnya saling bertarung. Kemudian untuk setiap potongan kepala, tuhan tertawa puas dengan permainannya itu.

Apa memang tidak ada lagi tujuan beragama selain membuat tuhan tertawa seperti itu? Apa tuhan tidak memerintahkan kita melalui agama agar saling mencinta? Membangun dunia? Berdialog dalam mencari kbenaran? Apa tuhan tidak suka kalau manusia menyembah-Nya karena kesadarannya sendiri? Menyembah tanpa paksaan? Menyembah karena cinta? Atau lakum dinukum wa liya diin...??

Kalau memang agama hanya untuk perang, aku ingin bertanya pada tuhan: haruskah ku penggal temanku untuk-MU sekarang??

No comments:

Post a Comment

Other Articles