Feb 25, 2010

Khayalku Bisu II


Setulusnya aku, akan terus menunggu
Memanti sebuah jawaban tuk memilikimu…


Dingin hari ini semakin menyeruak. Matahari yang terang tak mampu menghangatkan tubuh-tubuh yang menggigil beku. Bahkan dengan balutan jaket tebal yang kubeli dari pasar jum'at pun masih tak kuasa menahan hawa beku yang tanpa ampun menusuk-nusuk tulang sumsumku. Aku sudah tak konsen dengan pelajaran yang disampaikan ustadz. Serasa aku ingin keluar saja dari kelas, tapi masih kutahan.

Sementara ustadz bersemangat denagn ceramahnya, kukeluarkan HP yang ada disakuku. Kupencet-pencet keypad mencari nama. Beberapa detik kemudian suara musik terdengar nyaring lalu secepat kilat ku tekan end call. Si Boy yang duduk di belakangmu tampak kaget dan langsung melihat kearahku dengan muka kesal. Akupun hanya nyengir menyunggingkan senyum puas. hehehe…. sejenak, kamu yang juga tampak kaget ikut memandang kepadaku. Saat aku tau itu, kuisyaratkan padamu dengan telunjukku bahwa berikutnya mungkin kamu hingga lngsung saja kamu silent nokia birumu itu.

"mau saja dicandain…"pikirku.

Mungkin dalam hatimu kamu mengataiku sebagai orang Bengal.." tapi tak apalah usil sedikit. kalau nggak gitu kan nggak asyik. haha...

Tampak ustadz yang terpaksa menghentikan bicaranya itu sedikit terbengong heran. Tapi sebelum ia melanjutkannya, aku yang sedari tadi sudah menahan capek tak ingin kesempatan itu menjadi sia-sia. Aku spontan saja minta izin untuk keluar. dengan langkah seolah terburu-buru aku berjalan memutar dari belakang lalu lewat disampingmu sambil kuberikan sobekan kertas kecil.

"tolong bukuku dibawa ya…"

Kemudian kubuka pintu dan dari luar dengan pelan kukembalikan ia seperti semula. Bebaaaaas… itulah ungkapan yang kurasakan. Wuuhh…. Mungkin kamu heran dengan sifatku ini. Bolos kok bangga ?! tapi masak kamu nggak tau aku sih….?! sudah setahun lebih kita disini bersama, seharusnya kamu sudah tau hal itu. Tapi entahlah, kamu memang sulit aku mengerti…. Atau aku yang memang sulit kamu mengerti. Bagimu aku seakan orang yang baru kamu kenal kemarin sore. Ya walaupun kita tak jarang juga saling tanya. bicara tentang kuliah, pelajaran, bahkan sampai tentang diri kita terutama sifat malasku karena sering bolos atau kabur ditengah pelajaran. Kadang kamu juga bilang padaku mencoba menasehatiku supaya jangan sering ngelakuin hal bodoh itu. Kamu bilang nanti aku bisa rosib, gagal atau mukafaahku dipotong. Kalau sudah gitu bisa mampus riwayatku, bilangmu diiringi senyum tipis saat itu.

Sebenarnya aku juga nggak pengen bolos atau kabur seperti itu. Apalagi jaminannya mukafaah ; nggak kebayang bagaimana jadinya jika dua bulan harus selalu gali lubang atau hanya bisa menelan ludah, oughh.. naudzu billah. Aku juga telah berusaha supaya bisa nglakuin seperti apa yang kamu bilang itu. Tapi bagaimana ya jelasinnya…. yang pasti aku nggak bisa diam bertahan dalam kelas yang bagai penjara itu. Lagi pula aku punya prinsip bahwa ilmu tak hanya dikelas; tapi dimana saja. Aku yakin kamu juga berprinsip sepertiku. Coba bayangkan, kita dalam kelas hanya duduk dan diam layaknya robot. sedang ustadz, lihatlah mereka banyak yang seperti pengkhotbah. Hanya membaca buku, mendikte sambil menyuruh kita mencatatnya, padahal mengajar bukan hanya itu kan…?!. Aku jadi bingung sendiri, mengapa kita harus menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mendengar ceramah yang sulit dicerna. Bahkan menghabiskan sepertiga umur dalam kelas hanya untuk omongan-omongan yang bikin kita berujar haahhhh… cape’ dech!!

Seperti biasa, pasti kamu akan menjawab semua ini dengan nada heran. lalu kamu akan bilang kalau aku orang yang kurang baik, tidak sopan, tidak menghargai ustad, keminter, dsb… Aku tau kamu pasti akan begitu karena maaf saja, aku tidak seperti kamu yang tak bisa merasakan perasaanku. Aku bisa bilang begini karena memang aku tau kamu, paham sifat-sifatmu meski kadang-kadang kamu menang sulit dimengerti. Dan aku juga tau kalau kamu mendengar ini, kamu mungkin akan bilang aku seorang egois, sok tau atau dengan kata-kata lain yang sejenis itu.

Hah, egois.. ?! benarkah aku egois ?! bukankah kamu yang lebih egois ?! kamu selalu memandang aneh padaku. Kamu nggak bisa mengerti perasaanku. Bahkan kamu telah menyakitiku, membuat hati ini seolah ditusuk-tusuk duri jahannam lalu kamu tinggalkannya untuk diinjak-injak dijalanan. Disaat aku semakin bingung dengan menunggu responmu, kamu ternyata malah memilih dan membuka tanganmu untuk dirinya. Apa kamu buta , hingga aku yang dihadapmu seakan tak pernah ada ?! jangankan membalas cintaku, merasakannya pun tidak bahkan kamu malah memberikan hatimu padanya. Sudah berapa lama sih kamu mengenalnya ? sebulan, dua bulan atau memang dia telah mendahuluiku berjuang menahlukkanmu ? oh bodohnya aku ini. Ternyata aku belum tau benar siapa kamu sesungguhnya.

****
aku tak bisa luluhkan hatimu
dan aku tak bisa menyentuh cintamu…


Lama kutertegun memikirkan nasibku. Sementara hati ini belum ingin beranjak dari lamunanku tentangmu, aku harus rela menerima kenyataan yang kini telah mencabik-cabik cintaku. Matahari yang telah udzur dengan menyisakan senja merah terasa sangat indah. Sangat indah seandainya saja akulah yang terpilih untuk memiliki hatimu. Diiringi belaian angin sepoi dingin, aku tak kuasa menahan deraian air mata. Ternyata aku yang biasanya tampak cuek bisa juga lembek. Ingin sekali kuhapus airmata ini tapi bayanganmu selalu membuatnya kembali menetes. Aku memaki diriku sendiri mencoba lari dari bayanganmu itu. sebenarnya apa sih hebatnya dirimu ? istimewamu ? biasa aja, jawabku dalam hati.

Sejak kita saling kenal hingga kamu mulai menyihir jiwaku, aku tahu sikapmu padaku tak berubah, biasa saja. Kamu tetap lebih suka diam, menunduk dan tidak banyak bicara meski kadang juga bibirmu terbuka untuk senyum atau sedikit tertawa. Juga wajahmu yang biasanya menjadi ukuran cinta seseorang juga masih sama. Hampir tak ada yang berubah. Hanya saja kalau aku perhatikan setiap hari kamu semakin manis. Padahal wajahmu itu kan tidak diganti atau dioperasi hingga menjadi secantik cewek-cewek Libya atau Julia Estelle yang wuuuhh itu. Lalu kenapa aku harus cemburu saat kamu jadian dengannya ? entahlah…

apa itu tanda jatuh cinta ? kembali entah karena aku juga tidak tahu apa itu cinta dan aku rasa aku belum pernah bertemu dengannya. Aku hanya tau dari mereka yang pernah mengalaminya atau dari roman-roman semisal : tenggelamnya kapal Van Der Wick dan dibawah lindungan ka’bah –nya HAMKA atau ayat-ayat cinta-nya El-Syirazi yang kamu pinjamkan aku itu. Kata mereka cinta adalah mahluk yang paling misteius di dunia ini, awalnya sangatlah manis tapi akhirnya sangatlah pahit. Sedang pengalaman sendiri, jujur saja aku belum pernah merasakannya kecuali setelah bertemu denganmu. Dan kini aku benar-benar merasakan apa yang mereka katakan. .

Tahukah kamu apa yang membuatmu menarik ?! ternyata sikap biasamu itu. Sekian lama kita di sini, ternyata kamu tetaplah kamu. Kamu yang dulu, kemarin dan sekarang. Sangat menakjubkan. Tak habis pikir ternyata itulah yang membuatku penasaran hingga aku rela berkorban lebih untukmu. Tapi sayangnya kamu tidak menyadarinya. Kamu tidak bisa merasakannya. Ah… salahku juga sih aku terlalu sopan –kalau tidak mau disebut banci- hingga takut tunjukkan isi hatiku padamu. Kuakui memang aku tak tau bagaimana ungkapkan rasa ini kecuali lewat sikap dan perhatianku padamu selama ini. Masih ingatkah kamu pada tulisan yang pernah kamu baca dibukuku dulu ?! sebuah tulisan yang kamu pakai untuk meledekku !! kamu menertawaiku bahwa aku bak seorang revolusiner:

"idealisme cinta adalah sikap yang bisa menembus tembok hati tanpa sebuah kata atau pena"

apa kamu ingat ini ?? tahukah kamu ternyata ia kini kau telanjangi kebodohannya di depan realita. Bahkan akhirnya kamulah yang benar karena realitas cintaku tak cukup dengan sebuah sikap. Ia harus dipaksa keluar lewat lisan ini dengan serangkaian kata, kalimat dan simbol-simbol yang jelas atau lewat goresan pena dengan huruf-huruf kapital besar bahwa really "I LOVE YOU". Mungkin dengan semua inilah kamu baru bisa tahu keinginanku.

Namun kembali kuingin menangis jika teringat kisahku ini. Kisah yang sangat menyedihkan karena di saat kusadari semua kesalahanku,, ternyata hatimu telah tertambat di ujung labuhan lain. Kini kamu disana telah berdua, sedangkan aku masih sendiri disini. Ya Tuhan…. Kenapa aku ini ?!

Ah, sudahlah !! aku capek memahamimu. Biarkanlah aku adalah aku dan kamu adalah kamu. Aku ingin kembali kekehidupanku, sebagai Aku. Tentang kamu, biarlah aku hanya bisa melirik dan mengagumimu dari jauh saat kamu duduk menunduk, atau mungkin memilikimu nanti saat taqdir memihakku. Mungkin juga bisa kutulis dalam buku catatanku bahwa ceritaku hanya ada dalam khayalku yang bisu.

............... The End ......................

* Lyric By Padi

No comments:

Post a Comment

Other Articles